Selasa, 13 Mei 2014

Untuk Tuan Berbaju Biru

Hey,
Tuan berbaju biru!
Kemana gerangan Tuan?
Lama tak tercium wangi tubuh Tuan di sekitar...

Hey,
Tuan berbaju biru!
Dimana gerangan Tuan?
Hingga bayang pun tak tertangkap pandangan...

Hey,
Tuan berbaju biru!
Sebegitu sibukkah Tuan?
Ada seorang ingin berbincang barang sebentar...

Hey,
Tuan berbaju biru!
Siang sudah hampir berlalu,
sampai kapan seorang itu harus menunggu?
Share:

Senin, 12 Mei 2014

Amarah dalam Terik dan Hujan

"Aduh, panasnya hari ini..." Begitulah kalimat yang banyak mampir ke telinga hari ini...
Ya, panas terik di luar membuat keringat bercucuran meski hanya duduk diam...
Tiada jawaban terlontar dari bibir meski hati mengiyakan...

Sejurus kemudian,
Angin berhembus kencang, menggoyahkan kaki kecil yang tengah berlari
serta gumpalan awan kelabu menghiasi langit yang tadinya berwarna biru...

tes... tes... tes...
satu per satu titik air menghujam tanah hingga lebat tanpa ampun,
menghentikan kegiatan manusia untuk sejenak dan mencari tempat berlindung dari tetesan air dan tiupan angin...

Di tengah riuh hujan dan angin,
terlintas semuanya sama... sama... lagi-lagi sama...

Bukankah jika seseorang tengah marah, ibarat mentari yang tengah membakar bumi?
Hati yang bergejolak menghadirkan rasa panas hingga ke ubun-ubun,
tak jarang gemetar menahan geram...

Lantas jika tak mampu lagi membendung luapan emosi,
air mata keluar sebagai pelarian,
layaknya hujan yang mendinginkan...

Karena saat mentari muncul di balik awan kelabu,
selalu ada hela nafas lega setelahnya
Karena menangis sedikit banyak melepas beban yang ada...
dan amarah keluar terbawa bersamanya...
Meninggalkan hati yang terasa lebih lapang dan ceria....

Hey!
Hujan sudah berhenti!
aku sudah tertawa lagi!
Share:

Rabu, 30 April 2014

Teguran karena mengabaikan

3 Maret 2014,
kejadian itu takkan lekang di dalam benak. Sebuah pelajaran dari Tuhan untuk membuat hamba-Nya lebih berhati-hati...

Tapi, ada yang lebih dalam dari itu...
bukan sekadar rasa sakit di sekujur tubuh dan urai air mata menahan ngilu.
Ada pedih di hati karena membuat mama merindu,
hingga Tuhan memberiku... WAKTU...

Sejak Januari 2014, Mama sudah bertanya kapan saya bisa pulang, yang hanya saya jawab dengan,"Iya, Ma, belum tahu, kan sekarang sedang penelitian dan persiapan UAS."
ya, kala itu waktu saya dihabiskan untuk kuliah dan tugas akhir. Mama mencoba mengerti.

Februari,
mama semakin sering menelpon, meminta saya pulang, dengan alasan UAS sudah selesai...
yang lagi-lagi saya jawab dengan, "Penelitian nanggung, Ma. sedang banyak-banyaknya mengurus si putih kecil itu."
Mama mengerti LAGI.

Sesungguhnya, saya pun merindu Mama. Betapa saya ingin menghambur ke peluknya untuk sekedar melepas penat dari beban yang saya bawa beberapa bulan terakhir ini, betapa saya rindu menatap wajah ayunya...

hingga akhirnya,
2 Maret 2014,
sore itu, saya kembali berbicara dengan mama lewat telpon. Lagi, mama meminta saya pulang. Dan kebetulan saat itu, saya betul-betul telah letih menghadapi semuanya. Bahwa saya butuh udara segar barang satu dua hari sebelum kembali berkutat dengan pendidikan..
Entah apa yang membuat saya mengiyakan permintaan mama.
Malam itu juga, saya berangkat menuju tanah kelahiran.

Tak dinyana, keesokan sorenya Tuhan menurunkan teguran.
Teguran? ya, meski saya menjadi korban dalam musibah itu, tapi saya menjadi tersangka atas pengabaian pinta orang tua... karenanya, Tuhan melayangkan teguran kepada saya...

Subuh saya tiba, saya melihat tumpukan bahan makanan kegemaran saya, saya bertanya kepada Mama untuk apa semua bahan ini,
Mama menjawab, "Kalau kamu ga pulang rencananya mama mau ke sana, bawain makanan kesukaan kamu."
Sempat berdesir rasa hati, namun saya memilih mengabaikan.

sampai setelah kejadian itu, mama mengabarkan kepada nenek, dan di sana saya tahu dan sadar bahwa saya BERSALAH...
mati-matian saya menahan air mata saat mendengar lirih cerita mama kepada bundanya tentang rindu pada putrinya yang merantau dan jarang pulang...

Di sana saya sadar,
ketika saya tidak bisa mencarikan waktu untuk bersenda gurau dengan mama,
Tuhan turun tangan memberinya lebih banyak dari yang saya kira...
tiga hari yang saya minta, digandakan oleh-Nya menjadi hampir sebulan,
demi memuaskan rindu orang yang telah bertarung nyawa demi kehadiran saya di dunia.

Saya merasa buruk dan jahat,
Teguran Tuhan begitu berbekas, baik di kulit maupun hati...

Mama,
saya minta maaf karena membuat mama menanggung rindu teramat sangat...

saya belajar banyak, Ma...
Share:

Senin, 28 April 2014

sepenggal analogi awan...


Langit senja ini menakjubkan!
Entah bagaimana langit berkonspirasi dengan alam untuk menyajikan goresan apik nan cantik nun di atas sana...
Cakrawala kali ini berbeda, setidaknya untuk saya, entah mengapa,

Wajah,
Ya, langit senja ini dipenuhi gumpalan awan menyerupai wajah...
Siluet bertebaran tak terjangkau tangan,
siluet yang entah mengapa dan bagaimana, menenangkan jiwa yang memandang...
Sepertinya Tuhan ingin mengabarkan bahwa saya tak sendirian di tengah perjalanan panjang pun melelahkan...
Tuhan menemani saya lewat goresan tangan-Nya yang tiada dua
:')

Hmm,
Jika langit penuh awan sebegini menyenangkan, mengapa terkadang justru hanya biru terang terpampang luas sejauh mata memandang ke cakrawala?
Sedang enggan kah Ia menggambar?
Atau justru kesengajaan?

terbayang langit biru bersih tanpa awan barang setitik,
ya, tetaplah indah,
namun...
ada yang kurang, terasa kosong tak bertuan

Ah, ini kiranya...
Tuhan memberi langit biru polos untuk membuat kita bertanya kemana gerangan sang awan pergi...
Begitupun ketika relung jiwa tiada yang mengisi,
tanpa sadar diri mencari, mencari, dan mencari
hingga ditemukan yang tersembunyi...

Karena kekosongan sejatinya ada di sini, di dalam hati,
tinggallah kita yang pandai mencari dan mengisi

Karena sejatinya, ada saat tertentu kita merasa hampa
seperti melihat langit tanpa warna selain warna antara biru dan magenta,
awan lah sebagai pemanis langit kokoh,
entah putih, atau kelabu,
karena tanpa awan, langit takkan hidup dan seru...

sama seperti hati,
meranggas tanpa isi...
Share:

Kamis, 20 Maret 2014

Dad is cute

Holla!

Jadi, cerita di bulan ke-3 tahun 2014 ini hanya tentang kecelakaan saya di awal bulan yang menyebabkan saya harus berurusan dengan dislokasi sendi lutut dan pergelangan kaki kanan. :|

Singkat cerita, akibat peristiwa tersebut, saya mendekam di rumah selama hampir 2 pekan. Dan selama itu pula saya dibantu dalam melakukan apapun.

Setelah mulai bisa berdiri dan berjalan meski tertatih, akhirnya Papa berinisiatif mengajak saya ke tukang urut yang sudah beberapa kali mengurut kaki saya sejak pertama kecelakaan (sebelum saya bisa berjalan, beliau yang dengan suka rela ke rumah untuk membantu saya. Terima kasih, Nek! :) ).

Ya terus, apa istimewanya dari ajakan keluar orang tua?
:)

"Kakak belum sempat kemana-mana kan karena baru sampai, langsung dapat musibah? Kita sekalian jalan-jalan ya, biar kakak menikmati kota ini. Yah, refreshing dikit lah gara-gara selama ini diam di rumah aja. "

Papa (yang biasa saya panggil Ayah dalam tulisan di blog) bukan tipe orang tua yang suka mengatakan "Papa sayang kamu" dst, dst. Tapi, jauh di dalam benaknya, beliau pun memikirkan kemungkinan saya mengalami kebosanan dan stres karena tak bisa menikmati dunia luar dan keterbatasan gerak. Sehingga, alibi "pergi mengurut kaki" menjadi ekspresi dari : "Papa sayang kamu, papa memikirkan kondisi kamu. Papa mengerti rasa jenuhmu."

Cara orang tua laki-laki menunjukkan perhatian itu lucu ya,
tanpa kata, namun terasa.
:)

Aaaaaaaaaakkkkk!!! 
I love you, Papa!
:*

Share:

Minggu, 23 Februari 2014

Let's think...


Pernahkah kita berpikir bagaimana kita menjalani hidup selama ini?

Pernahkan terpikirkan bagaimana orang akan mengenang kita nanti saat hanya memori sebagai penanda diri karena nyawa telah berpisah dengan bumi?

Akankah tangis dan doa terbaik mengiringi kepergian atau justru hela nafas lega sebagai pelepas?


Share:

Memori 30 Januari 2014

They said, "You never miss the water till it's gone."
- Westlife (Lyrics from song entitled When you're looking like that)

Agustus 2010,
pertama kuliah bersama rekan-rekan farmasi 2010. Saya ingat sekali bagaimana excited-nya pertama kali merasakan kuliah. Masih canggung untuk saling bertegur sapa dengan teman sekelas...

Lalu...

30 Januari 2014,
Menjelang tengah hari, semuanya berakhir...
Kuliah Farmakoterapi IV dengan Ibu Lailan Azizah S.Si, M.Farm, Apt menjadi kuliah penutup angkatan 2010.
Karena setelah ini, tidak ada lagi kuliah untuk angkatan 2010...

"Jadi, ini kuliah terakhir kita?"
Pertanyaan itu berputar dalam benak...
ckck...

Betapa hebatnya waktu, 
Rasanya baru kemarin kita saling menghapal nama dan rupa,
sekilas kemudian...

Tidak akan ada lagi pesan-pesan singkat berisi jadwal kuliah atau pertanyaan kuliah apa besok, tugas ini, tugas itu, jadwal praktikum...
Tidak ada lagi riuh kelas, tak ada lagi negosiasi jadwal untuk mencuri waktu istirahat di tengah kuliah.

Hilang,
Semua tak kan terulang,
dan bodohnya kita yang baru merasa kehilangan di detik perpisahan...

Haha, kita terbuai oleh waktu, Kawan!


Yang tersisa hanya harap dan doa bahwa, 
Kita, farmasi 2010 akan selalu menjadi satu keluarga meski waktu membawa kita ke tujuan baru..
:)


Ya,
Kita memang takkan merindukan sesuatu sampai ia berlalu...
:)
Share:

A letter to my friend

 Dear my friend, Santi...
10 years passed and the graduation of elementary school was our last meeting...
I thought we could had another "Hi." 
But Allah loves you so much more than we love you.

I was frozen when I read the news. My heart beat so fast while my mind kept a hope that wasn't true, that I still could have met you.
It is still clear in my mind about our childhood. How kind you are to me and others. Do you remember when our last grade, you gave me a blue hat as my birthday gift? The hat is there, safely stored in my wardrobe.
Your sweet voice when you tried to calm me down while I cried and hugged you at the graduation day. You said, "Why are you crying? We're still friends and we can meet each other."
We didn't meet even once after that.. 
But the memories lies forever in my mind..
 
Dear my friend, Santi...
We love you, I love you. But Allah loves you more than we do, Angel. Sleep well, my lovely. We always pray for you...

Now heaven has a new angel... :')
Share: