Kamis, 31 Desember 2015

Kenangan tanpa kamera

Dua senja lalu,
Di antara riuh pengunjung yang sibuk selfie di cafe yang tergolong hits di kota kecil ini,
Ada satu meja yang tak ikut mengeluarkan ponsel kemudian bergaya. Di meja yang penuh dengan segelas peppermint tea, vanilla latte dan secangkir espresso serta beberapa piring cemilan, yang terdengar hanya tiga suara bergantian bersahutan.

kala itu rinai, namun di meja itu suasananya cerah. Tawa renyah tak henti terdengar. Sembari sesekali deretan kalimat serius menceritakan mimpi dan ide atau sekadar opini menggantikan tawa.

Sederhana, sungguh sederhana..
Namun bermakna lebih dari sekedar kata.

Lupa, saya lupa kapan terakhir merasakan nikmat braingasm hingga saya lupa waktu. Saya lupa kapan terakhir saya menikmati waktu yang begitu berkualitas dengan membahas hal-hal hebat hingga mampu melepas dahaga saya akan pengetahuan baru.

Tidak, kami tidak berfoto barang sekalipun. Kami terlalu asyik berdiskusi hingga tak lagi mengenal teknologi. Menikmati sosialisasi nyata yang teramat langka.

Ah,
Sungguh hal sederhana yang mampu membuat jantung saya nyaris meledak bahagia.
Dan saya belajar satu hal, memori akan merekam lebih dari yang dapat kamera lakukan.

Sabtu, 17 Oktober 2015

Jangan langkahmu surut

Untuk kamu,

Apapun itu,
Biar saja,

Bagaimanapun nanti,
Jalani saja,

Jangan lagi bersandiwara,
Berakting sukacita di tengah lara,

Jangan lagi bohongi diri,
Jika memang terluka, tunjukkan saja

Tunjukkan saja semua resahmu, takutmu,
Jangan lagi mengiris nyawamu sendiri,

Menangislah hingga kau puas,
Ayo, pergilah, keluarkan saja

Setelahnya, dengarkan aku,

Hei,
Kedua kaki yang kau kira rapuh itu mampu membawamu melangkah sejauh ini,
Itu artinya kau kuat!

Tengoklah sejenak ke belakang,
Putar semua memori yang kau rekam,
 
Tak peduli betapa kuat angin menerjang
Hingga tubuh kecilmu terbang,
Kedua kakimu mampu kembali berdiri dan melangkah

Lalu, apa ini saatnya menyerah?

Hei, 
Tubuh ringkihmu jauh, jauh lebih hebat dari yang kau duga
Hatimu lebih luas dari dunia,
Pikiranmu saja yang terkotak takut

Hei, 
Jika semangatmu mundur,
Akan selalu ada tepukan di punggung sebagai penenang,
Akan selalu ada senyum terkembang sebagai penyejuk,
Akan selalu ada belaian Tuhan di setiap sujud

Silakan merasa takut,
Namun jangan langkahmu surut
:)

Dalam waktu yang abu-abu

Jika tangan ini mampu memperlambat waktu,
Akankah semua kan baik-baik saja?
Akankah sesak ini kan berkurang?

Jika malam lebih panjang,
Akankah lelah lenyap kala fajar menjelang?

Waktu,
Waktu,
Aku kehabisan waktu,

Tercekik di setiap detik yang berlalu,

Sedang jalan yang kakiku tuju, masih abu-abu...

Selasa, 27 Januari 2015

Teruntuk Senja yang Tertinggal di belakang

Kamu,
Seperti senja setelah siang yang cerah
Dengan guratan jingga nan hangat di pelupuk cakrawala
Indah,
Namun sekejap,

Pergilah,
Usah sungkan,

Aku kan terbiasa melangkah dalam kelam,
Bersama bulan yang sebentar lagi merangkak naik merajai malam
Menanti fajar baru ciptaan Tuhan
Sembari melupakan mu, senja yang datang terlalu dini

Mungkin suatu hari nanti kau ku kenang,
Hanya sebatas memori, tak lebih

Karena kamu, senja indah yang pergi terlalu cepat,

Senja indah yang tertinggal di belakang...

Minggu, 11 Januari 2015

Tentang Kehilangan

Hei,
dengar,
dengarkan sekali saja perkataan orang berhati dingin ini..

Tolong arahkan pandanganmu ke samping...
Adakah ia yang jemarinya biasa kau genggam di sana?
Jika ya, eratkanlah genggamanmu...

Untukmu yang tengah memeluk seorang berarti dalam hidupmu,
dekap dengan segenap hati,
hirup wanginya sebanyak kedua paru-mu mampu...

Kenang setiap kehadiran dan tawa yang terbagi bersama mereka terkasih,
bahkan, hargai gemuruh amarah dalam dada pada saat terkelam kalian,
resapi airmata yang berderai kala berbagi di titik terendah...

Meski enggan tuk mengingatnya kini,
tapi nanti,
nanti catatan-catatan itu kekal sebagai pengganti diri
Memori itu lah yang kau kan kenang dalam sunyi..

Nikmati setiap detik yang berlalu bersama mereka yang mencintaimu,
ciptakan momen-momen terbaik,

Karena,
takkan selamanya pertemuan itu kan ada,
tak selamanya kau bisa berlari memeluk, tertawa, bahkan bertengkar bersamanya

sudah hukum alam ketika ada pertemuan, kelak disusul perpisahan,
perpisahan yang tak mampu ditebak waktu berkunjungnya,

Suatu masa nanti, kau akan ditinggalkan,
persiapkan diri...
untuk kehilangan..


meski, manusia memang takkan pernah merasa siap untuk kehilangan..