Jumat, 16 September 2016

Itulah rezekimu..

Ddrrtt...
Ponsel yang tergeletak diam di atas meja selama beberapa jam belakangan bergetar pelan, disusul dengan lampu notifikasi yang menyala di sudut kanan atas. 

 
Ternyata pesan berisi gambar di atas yang masuk ke sebuah grup chat saya dan sahabat-sahabat dekat saya. Awalnya saya hanya membaca cepat isi dari gambar tersebut, namun, saya kembali membaca ulang dengan kecepatan yang jauh lebih lambat dari sebelumnya, berusaha mencerna isi kalimat gambar tersebut.

Jodoh dan profesi...

Jodoh...
Ya, memang semua orang berharap memiliki jodoh yang akan bersama hingga maut memisahkan. Memilih pasangan jelas menjadi suatu hal tersendiri karena ketika sebelum memutuskan untuk hidup bersama dengan seseorang selama sisa hidup, tentulah perlu dipikirkan dan dipertimbangkan dengan matang.

Cukup sampai di sana komentar saya tentang jodoh.

Profesi...

Saat ini, saya berprofesi sebagai seorang Apoteker, profesi yang lekat dengan obat-obatan. Ingatan saya kembali ke masa saat gelar sarjana baru saja tersemat di belakang nama, saya menetapkan hati untuk melanjutkan kuliah profesi apoteker. Dan sekarang, saya sudah resmi terdaftar sebagai seorang apoteker dan bekerja sebagai penanggung jawab di sebuah apotek dan turun langsung dalam pelayanan kefarmasian dan manajerialnya.

Apotek?
Iya.

Gajinya bagaimana?
Oh, gaji tentu menjadi pertimbangan ketika melamar pekerjaan bukan? Gaji saya, sejauh ini cukup, sangat cukup untuk menopang hidup saya saat ini. 

Tapi ada kan tempat kerja lain yang menawarkan gaji berkali lipat di atas gaji yang diterima sekarang?
Ada dan banyak. Lalu mengapa saya tidak memilih bekerja di tempat yang mampu memberikan saya lebih banyak?

"Bukan sekadar besarnya gaji, yang terpenting adalah yang membahagiakanmu. Itulah rezekimu."

Mungkin sampai di sini saja kalian akan mengatakan saya naif, polos. Tetapi, percayalah, saya sangat bahagia dengan pekerjaan saya yang sekarang. Ketika bangun di pagi hari, saya tidak pernah merasa atau berpikir, "Ah, harus bekerja blablabla." Justru saya dengan ringan hati pergi menyongsong hari, merasa tak sabar menunggu pengalaman apa lagi yang menanti. Setiap hari, saya seperti anak kecil yang pergi menjelajah untuk menemukan hal baru dan pulang kala senja dengan membawa berbagai hal untuk diceritakan pada Ibu sembari tersenyum lebar.

Inilah rezeki saya saat ini. Dan saya bahagia menjalani profesi ini.

Tidak secuilpun penyesalan muncul setelah memilih profesi ini meski harus melalui banyak hal di perjalanan mencapainya dan siap untuk menjalaninya sepanjang sisa umur saya.
:)

dan semoga siapapun yang membaca tulisan ini, menemukan jodoh dan profesi yang tepat agar kelak tak perlu merasakan penyesalan.

 
 

0 comments:

Posting Komentar