Kamis, 31 Desember 2015

Kenangan tanpa kamera

Dua senja lalu,
Di antara riuh pengunjung yang sibuk selfie di cafe yang tergolong hits di kota kecil ini,
Ada satu meja yang tak ikut mengeluarkan ponsel kemudian bergaya. Di meja yang penuh dengan segelas peppermint tea, vanilla latte dan secangkir espresso serta beberapa piring cemilan, yang terdengar hanya tiga suara bergantian bersahutan.

kala itu rinai, namun di meja itu suasananya cerah. Tawa renyah tak henti terdengar. Sembari sesekali deretan kalimat serius menceritakan mimpi dan ide atau sekadar opini menggantikan tawa.

Sederhana, sungguh sederhana..
Namun bermakna lebih dari sekedar kata.

Lupa, saya lupa kapan terakhir merasakan nikmat braingasm hingga saya lupa waktu. Saya lupa kapan terakhir saya menikmati waktu yang begitu berkualitas dengan membahas hal-hal hebat hingga mampu melepas dahaga saya akan pengetahuan baru.

Tidak, kami tidak berfoto barang sekalipun. Kami terlalu asyik berdiskusi hingga tak lagi mengenal teknologi. Menikmati sosialisasi nyata yang teramat langka.

Ah,
Sungguh hal sederhana yang mampu membuat jantung saya nyaris meledak bahagia.
Dan saya belajar satu hal, memori akan merekam lebih dari yang dapat kamera lakukan.

0 comments:

Posting Komentar