3 Maret 2014,
kejadian itu takkan lekang di dalam benak. Sebuah pelajaran dari Tuhan untuk membuat hamba-Nya lebih berhati-hati...
Tapi, ada yang lebih dalam dari itu...
bukan sekadar rasa sakit di sekujur tubuh dan urai air mata menahan ngilu.
Ada pedih di hati karena membuat mama merindu,
hingga Tuhan memberiku... WAKTU...
Sejak Januari 2014, Mama sudah bertanya kapan saya bisa pulang, yang hanya saya jawab dengan,"Iya, Ma, belum tahu, kan sekarang sedang penelitian dan persiapan UAS."
ya, kala itu waktu saya dihabiskan untuk kuliah dan tugas akhir. Mama mencoba mengerti.
Februari,
mama semakin sering menelpon, meminta saya pulang, dengan alasan UAS sudah selesai...
yang lagi-lagi saya jawab dengan, "Penelitian nanggung, Ma. sedang banyak-banyaknya mengurus si putih kecil itu."
Mama mengerti LAGI.
Sesungguhnya, saya pun merindu Mama. Betapa saya ingin menghambur ke peluknya untuk sekedar melepas penat dari beban yang saya bawa beberapa bulan terakhir ini, betapa saya rindu menatap wajah ayunya...
hingga akhirnya,
2 Maret 2014,
sore itu, saya kembali berbicara dengan mama lewat telpon. Lagi, mama meminta saya pulang. Dan kebetulan saat itu, saya betul-betul telah letih menghadapi semuanya. Bahwa saya butuh udara segar barang satu dua hari sebelum kembali berkutat dengan pendidikan..
Entah apa yang membuat saya mengiyakan permintaan mama.
Malam itu juga, saya berangkat menuju tanah kelahiran.
Tak dinyana, keesokan sorenya Tuhan menurunkan teguran.
Teguran? ya, meski saya menjadi korban dalam musibah itu, tapi saya menjadi tersangka atas pengabaian pinta orang tua... karenanya, Tuhan melayangkan teguran kepada saya...
Subuh saya tiba, saya melihat tumpukan bahan makanan kegemaran saya, saya bertanya kepada Mama untuk apa semua bahan ini,
Mama menjawab, "Kalau kamu ga pulang rencananya mama mau ke sana, bawain makanan kesukaan kamu."
Sempat berdesir rasa hati, namun saya memilih mengabaikan.
sampai setelah kejadian itu, mama mengabarkan kepada nenek, dan di sana saya tahu dan sadar bahwa saya BERSALAH...
mati-matian saya menahan air mata saat mendengar lirih cerita mama kepada bundanya tentang rindu pada putrinya yang merantau dan jarang pulang...
Di sana saya sadar,
ketika saya tidak bisa mencarikan waktu untuk bersenda gurau dengan mama,
Tuhan turun tangan memberinya lebih banyak dari yang saya kira...
tiga hari yang saya minta, digandakan oleh-Nya menjadi hampir sebulan,
demi memuaskan rindu orang yang telah bertarung nyawa demi kehadiran saya di dunia.
Saya merasa buruk dan jahat,
Teguran Tuhan begitu berbekas, baik di kulit maupun hati...
Mama,
saya minta maaf karena membuat mama menanggung rindu teramat sangat...
saya belajar banyak, Ma...
Rabu, 30 April 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Merinding bacanya...merinding....
BalasHapusSering banget ditelpon giti. Ditanyain kapan libur. Dan sepetinya itu salah satu kode oranh tua buat nyuruh anaknya pulang.. Huaaa mau pulangggg :(