sepenggal analogi awan...
Langit senja ini menakjubkan!
Entah bagaimana langit berkonspirasi dengan alam untuk menyajikan goresan apik nan cantik nun di atas sana...
Cakrawala kali ini berbeda, setidaknya untuk saya, entah mengapa,
Wajah,
Ya, langit senja ini dipenuhi gumpalan awan menyerupai wajah...
Siluet bertebaran tak terjangkau tangan,
siluet yang entah mengapa dan bagaimana, menenangkan jiwa yang memandang...
Sepertinya Tuhan ingin mengabarkan bahwa saya tak sendirian di tengah perjalanan panjang pun melelahkan...
Tuhan menemani saya lewat goresan tangan-Nya yang tiada dua
:')
Hmm,
Jika langit penuh awan sebegini menyenangkan, mengapa terkadang justru hanya biru terang terpampang luas sejauh mata memandang ke cakrawala?
Sedang enggan kah Ia menggambar?
Atau justru kesengajaan?
terbayang langit biru bersih tanpa awan barang setitik,
ya, tetaplah indah,
namun...
ada yang kurang, terasa kosong tak bertuan
Ah, ini kiranya...
Tuhan memberi langit biru polos untuk membuat kita bertanya kemana gerangan sang awan pergi...
Begitupun ketika relung jiwa tiada yang mengisi,
tanpa sadar diri mencari, mencari, dan mencari
hingga ditemukan yang tersembunyi...
Karena kekosongan sejatinya ada di sini, di dalam hati,
tinggallah kita yang pandai mencari dan mengisi
Karena sejatinya, ada saat tertentu kita merasa hampa
seperti melihat langit tanpa warna selain warna antara biru dan magenta,
awan lah sebagai pemanis langit kokoh,
entah putih, atau kelabu,
karena tanpa awan, langit takkan hidup dan seru...
sama seperti hati,
meranggas tanpa isi...
0 comments:
Posting Komentar