Sekitar enam tahun yang lalu, kecelakaan lalu lintas membuat saya mengalami dua dislokasi sendi pada kaki kanan, memaksa saya harus duduk diam selama 12 hari, dan melompat dengan satu kaki jika diharuskan berpindah tempat, seperti makhluk monopod di film The Chronicles of Narnia.
Dan, itulah asal mula saya berteman baik dengan dua benda di atas; perban elastis dan ankle support. Pemulihan pasca cedera semacam itu ternyata lama dan.... menyakitkan. Saya harus ekstra hati-hati ketika melangkah. Terpleset sedikit, maka nyeri akan timbul kembali. Mungkin salah saya juga, memaksakan diri untuk kembali beraktivitas saat tubuh masih sakit-sakitnya. Akibatnya, pulih butuh waktu lama. Meski sudah lama berlalu, pergelangan kaki saya terkadang masih sering nyeri, apalagi saya ini clumsy, sering tersandung bahkan di jalan datar. Bahkan, setahun lalu, saya masih ke kampus dengan kaki dibalut perban.
Lalu...
Setahun ini... Dua benda itu tak lagi pernah menyentuh kulit saya. Tak peduli saya masih sering terpleset atau terlalu banyak berjalan. Sesuatu yang baru saya sadari beberapa waktu belakangan ini. Rasa tidak nyaman terkadang ada, namun tak lagi mengganggu, bahkan tidak terlalu terasa.
Does time really heal everything?
Entahlah... Mungkin memang waktu menyembuhkan semua, atau, semua butuh waktu?
Saya kira, waktu tidak menyembuhkan. Namun, semua butuh waktu untuk sembuh dan kembali seperti sedia kala.
Hmm...
Bukankah hati pun begitu? Setelah sebuah perjalanan yang berakhir tidak menyenangkan, bahkan menyisakan luka yang dalam, butuh waktu untuk benar-benar pulih. Mungkin butuh waktu lama, namun, ia akan pulih, meski tak lagi sempurna. Percayalah, akan ada masanya ketika menoleh kembali ke belakang, kita bisa tersenyum lantas kemudian melanjutkan langkah.
Berapa lama? Tiada yang tahu. Sebulan? Dua bulan? Setahun? Atau lebih? Biarkan saja. Tidak semudah itu memaafkan dengan tulus, melepaskan dan melupakan. Memaksa diri untuk sembuh tidak akan membantu.
Biarkan saja ia mengalir bersama waktu. Kelak, ketika waktunya tiba, hatimu akan terasa jauh lebih ringan. Saat itulah, kau tahu bahwa kau telah pulih dan siap untuk kembali melangkah.
Lalu...
Setahun ini... Dua benda itu tak lagi pernah menyentuh kulit saya. Tak peduli saya masih sering terpleset atau terlalu banyak berjalan. Sesuatu yang baru saya sadari beberapa waktu belakangan ini. Rasa tidak nyaman terkadang ada, namun tak lagi mengganggu, bahkan tidak terlalu terasa.
Does time really heal everything?
Entahlah... Mungkin memang waktu menyembuhkan semua, atau, semua butuh waktu?
Saya kira, waktu tidak menyembuhkan. Namun, semua butuh waktu untuk sembuh dan kembali seperti sedia kala.
Hmm...
Bukankah hati pun begitu? Setelah sebuah perjalanan yang berakhir tidak menyenangkan, bahkan menyisakan luka yang dalam, butuh waktu untuk benar-benar pulih. Mungkin butuh waktu lama, namun, ia akan pulih, meski tak lagi sempurna. Percayalah, akan ada masanya ketika menoleh kembali ke belakang, kita bisa tersenyum lantas kemudian melanjutkan langkah.
Berapa lama? Tiada yang tahu. Sebulan? Dua bulan? Setahun? Atau lebih? Biarkan saja. Tidak semudah itu memaafkan dengan tulus, melepaskan dan melupakan. Memaksa diri untuk sembuh tidak akan membantu.
Biarkan saja ia mengalir bersama waktu. Kelak, ketika waktunya tiba, hatimu akan terasa jauh lebih ringan. Saat itulah, kau tahu bahwa kau telah pulih dan siap untuk kembali melangkah.