Hoam,
sudah pagi lagi...
Uh, dan kembali menjalani rutinitas sejak umur 6 tahun... pergi ke sekolah.sudah pagi lagi...
Ups! Sebaiknya aku cepat atau aku akan terlambat (lagi).
Kelas pagi ini dibuka dengan pelajaran bahasa Inggris, yang diajar oleh seorang guru yang baik, dengan gaya mengajar yang unik. Sayang, aku tidak terlalu aktif di kelas beliau, tidak seperti beberapa teman di kelas.
Oh! Bel masuk berbunyi!
Eh, tunggu! Rasanya tidak ada tugas, tapi kenapa Iin dan Merlin ke depan menenteng buku? Ah, biar saja. Mereka berdua memang kamus berjalan dan menyukai pelajaran bahasa Inggris.
"WHAT IS LOVE?"
Sepertinya aku tidak salah baca. Kacamata minus 3 ini masih baik fungsinya. Kalimat itu yang baru saja ditulis oleh beliau. WHAT. IS. LOVE.
"Apa ada yang bisa menjelaskan apa yang baru saja saya tulis di papan?"
Tak ada tangan yang teracung ke atas. Tampaknya semua sedang memikirkan jawabannya, atau mungkin malah pikiran mereka masih mengawang-awang. hehehe.
"Bobby! Coba kamu yang jelaskan, ayo sini!"
Hah? Aku?
Haish, dengan enggan aku melangkah maju. Padahal, belum ada sepatah katapun yang terpikirkan. Apanya yang harus kujelaskan?
"Ayo, Bobby. Coba jelaskan."
Kini hampir empat puluh pasang mata menatap ke arahku. Dan sialnya, masih tidak ada kata yang terpikirkan. Aku sendiri pun tak pandai mendeskripsikan apa itu cinta.
Beberapa menit berlalu, aku masih berdiri di depan kelas dengan mulut terkunci.
"Love is... Love is... Saya ga tahu, Bu." Akhirnya, hanya itu yang bisa kuucapkan.
"Hm.. coba pakai yang alat peraga," ujar beliau sembari memberikan... penghapus papan, "Coba kamu ekspresikan menggunakan alat ini."
Penghapus papan tulis? Hmmm... Ah, bagaimana jika...
"Apa perlu bantuan lagi, Bobby? Hm.. Kamu punya teman dekat di kelas?" tanya beliau.
"PUNYA, Buuuuuuuuuu!" seru mereka.
Akhirnya seorang teman perempuan yang memang dekat denganku maju ke depan, diiringi dengan "CIEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE!!!!!!" yang membahana ke seluruh penjuru kelas.
Hm, aku tak terlalu peduli dengan sorakan itu. Ha! Aku memang tak suka meributkan hal-hal kecil. Toh, mereka juga pasti bercanda, biasalah, anak muda. Haha. Jadi, aku merasa biasa saja. Yang kupikirkan hanya APA YANG HARUS KU JELASKAN TENTANG PERTANYAAN INI.
Aku punya ide!
Kuberikan penghapus papan itu padanya, kubayangkan benda itu sebagai sesuatu, anggaplah seperti roti. Hehe. Lantas aku berjalan menjauh sembari menggumamkan, "No, no. It's for you. Free."
Sepertinya kata berhasil masih jauh dari inginku. Tak berhasil juga, beliau pun meminta temanku duduk. Sedang aku? setia berdiri di depan kelas. Entah sampai kapan. Otakku rasanya sudah kehabisan ide. Aku memang tidak kreatif sepertinya ya.
"Jadi, Bobby, kamu tidak bisa mendeskripsikannya?"
"Susah, Bu..."
Tiba-tiba tiga orang teman dekatku yang lain masuk ke kelas membawa kue ulang tahun. Nyanyian selamat ulang tahun berkumandang di kelas dengan keras.
Seseorang menyodorkan kue tart persegi sederhana dengan tulisan "Happy 17th birthday, Bobby!" plus lilin dengan angka 17 dan gambar RAKET!!! Badminton! Whoa! Duniaku!
Tepuk tangan menggelegar saat aku meniup lilin. Guru bahasa Inggris kami maju dan menyalamiku, yang disusul dengan semua teman-teman.
Aku tak bisa berkata apa-apa selain mengucapkan terima kasih atas perhatian mereka. Rasanya, seumur hidup, baru kali ini aku mendapat kejutan ulang tahun.
Sejenak kemudian... baru aku tersadar, jadi selama hampir 30 menit tadi itu, aku hanya dikerjai? Hahahhaa. Niat sekali mereka. Aku benar-benar tak mengira jika aku sedang dikerjai, aku betul-betul serius menanggapi pertanyaan dari guru.
"Nah, Bobby. Ya, saya minta kamu maju karena ide dari teman-teman kamu untuk mengerjai kamu sedikit. hehehe. Tapi, saya kira kamu sudah dapat jawaban dari pertanyaan saya," ujar beliau lembut setelah aku kembali ke kursi ku dengan senyum sumringah.
"Tugas! untuk semua, dan juga untuk kamu, Bobby, tulis sebuah esai mengenai cinta atau kasih sayang, in English, of course."
Seisi kelas kembali tersadar bahwa sekarang jam belajar. Hehe.
hei! Rasanya aku sudah menemukan apa itu cinta!
Cinta bukan hanya tentang perasaan kepada pasangan,
Cinta tak harus berupa ungkapan "I love you"
Menyiapkan sebuah pesta kejutan kecil untuk seorang teman dengan penuh ketulusan juga termasuk cinta.
Karena inti dari cinta adalah...
ketulusan untuk memberi, untuk peduli...
P.s: Rasanya aku tahu siapa si pemberi ide untuk kejutan ini. Dasar sobat ghibah Leo!
Penghapus papan tulis? Hmmm... Ah, bagaimana jika...
"Apa perlu bantuan lagi, Bobby? Hm.. Kamu punya teman dekat di kelas?" tanya beliau.
"PUNYA, Buuuuuuuuuu!" seru mereka.
Akhirnya seorang teman perempuan yang memang dekat denganku maju ke depan, diiringi dengan "CIEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE!!!!!!" yang membahana ke seluruh penjuru kelas.
Hm, aku tak terlalu peduli dengan sorakan itu. Ha! Aku memang tak suka meributkan hal-hal kecil. Toh, mereka juga pasti bercanda, biasalah, anak muda. Haha. Jadi, aku merasa biasa saja. Yang kupikirkan hanya APA YANG HARUS KU JELASKAN TENTANG PERTANYAAN INI.
Aku punya ide!
Kuberikan penghapus papan itu padanya, kubayangkan benda itu sebagai sesuatu, anggaplah seperti roti. Hehe. Lantas aku berjalan menjauh sembari menggumamkan, "No, no. It's for you. Free."
Sepertinya kata berhasil masih jauh dari inginku. Tak berhasil juga, beliau pun meminta temanku duduk. Sedang aku? setia berdiri di depan kelas. Entah sampai kapan. Otakku rasanya sudah kehabisan ide. Aku memang tidak kreatif sepertinya ya.
"Jadi, Bobby, kamu tidak bisa mendeskripsikannya?"
"Susah, Bu..."
Tiba-tiba tiga orang teman dekatku yang lain masuk ke kelas membawa kue ulang tahun. Nyanyian selamat ulang tahun berkumandang di kelas dengan keras.
Seseorang menyodorkan kue tart persegi sederhana dengan tulisan "Happy 17th birthday, Bobby!" plus lilin dengan angka 17 dan gambar RAKET!!! Badminton! Whoa! Duniaku!
Tepuk tangan menggelegar saat aku meniup lilin. Guru bahasa Inggris kami maju dan menyalamiku, yang disusul dengan semua teman-teman.
Aku tak bisa berkata apa-apa selain mengucapkan terima kasih atas perhatian mereka. Rasanya, seumur hidup, baru kali ini aku mendapat kejutan ulang tahun.
Sejenak kemudian... baru aku tersadar, jadi selama hampir 30 menit tadi itu, aku hanya dikerjai? Hahahhaa. Niat sekali mereka. Aku benar-benar tak mengira jika aku sedang dikerjai, aku betul-betul serius menanggapi pertanyaan dari guru.
"Nah, Bobby. Ya, saya minta kamu maju karena ide dari teman-teman kamu untuk mengerjai kamu sedikit. hehehe. Tapi, saya kira kamu sudah dapat jawaban dari pertanyaan saya," ujar beliau lembut setelah aku kembali ke kursi ku dengan senyum sumringah.
"Tugas! untuk semua, dan juga untuk kamu, Bobby, tulis sebuah esai mengenai cinta atau kasih sayang, in English, of course."
Seisi kelas kembali tersadar bahwa sekarang jam belajar. Hehe.
hei! Rasanya aku sudah menemukan apa itu cinta!
Cinta bukan hanya tentang perasaan kepada pasangan,
Cinta tak harus berupa ungkapan "I love you"
Menyiapkan sebuah pesta kejutan kecil untuk seorang teman dengan penuh ketulusan juga termasuk cinta.
Karena inti dari cinta adalah...
ketulusan untuk memberi, untuk peduli...
P.s: Rasanya aku tahu siapa si pemberi ide untuk kejutan ini. Dasar sobat ghibah Leo!
0 comments:
Posting Komentar