Jumat, 04 Oktober 2013

dejavu...

Tidak ada komentar :
Duar!
Suara petir sukses membuat jantungku berhenti sesaat. "Uh, mengagetkan saja," keluhku sembari memungut ponsel yang terlempar ke bawah meja berkat suara indah halilintar tadi.
Klik!
"Masih belum ada kabar. Kemana dia?"
Ponselku sepi hari ini. Tiada kabar lagi setelah satu pesan singkat "Aku ada kuliah pagi ini. Kamu jangan lupa sarapan ya!"
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 17.30, artinya hampir 10 jam berlalu sejak pesan itu ku terima.
Apa ia sudah pulang? Di mana dia? Apa masih di kampus? Apa ia membawa jaketnya di saat hujan deras dan cuaca dingin seperti ini? Berbagai pertanyaan melintas dalam benakku.
"AiisH! mengapa ia tak mengangkat teleponku?" sungutku kesal. Sudah berkali-kali aku mencoba menghubunginya namun nihil, tiada jawaban.

Tok! Tok! Tok!
Siapa yang bertamu di tengah hujan deras seperti ini? Rasanya teman-temanku tak ada yang sudi meninggalkan rumah dalam kondisi cuaca seperti ini.
Aku menyibakkan tirai jendela, dan...
Cklek!
"Kamu dari mana? Kenapa basah-basahan seperti itu? Cepat masuk!" ucapku setengah berteriak, sebagian karena terkejut melihatnya mendadak muncul dalam kondisi kuyup di rumahku dan sisanya karena deru hujan mengalahkan suaraku.
Ia hanya diam, mengikuti kata-kataku. Tuhan! Dari mana saja dia? Bibirnya sudah mulai membiru karena kedinginan, wajah ayunya pucat dan tubuhnya basah dari ujung rambut hingga kaki serta menggigil.
"Kamu ganti baju ya? Pakai baju kakakku saja." Aku membimbingnya menuju kamar saudariku yang tengah kuliah di luar kota. "Kamu ganti baju dulu ya, aku mau buatin coklat hangat buat kamu."
Segelas coklat hangat baru saja terhidang di atas meja kala ia muncul dari balik pintu dengan senyum mengembang di wajah cantiknya.
entahlah, rasanya perasaan cemas yang menerorku seharian ini terangkat begitu saja setelah melihat senyuman itu.
"Ayo sini, minum coklatnya, supaya badan kamu jadi hangat."
Dan kemudian pandanganku tertutup rambut hitam panjang. Ia menghambur ke arahku dan memelukku.
"Kamu kenapa?" tanyaku lembut sembari mengusap kepalanya.
Ia menggeleng, "Ga kenapa-napa. Aku kangen kamu." Dan pelukannya kurasakan kian erat.
Aku tersenyum. "Aku juga kangen kamu. Kamu kemana aja seharian ini? Jadwal kuliah sedang padat ya?"
"Engga."
"Terus? Kok sampai hujan-hujanan gitu?"
Tak ada jawaban. Ku longgarkan dekapanku, "Ya udah, nanti aja ceritanya. Sekarang minum coklatnya dulu mumpung masih hangat."
Tak ada respon, ia masih betah di posisinya.
"Nanti, biar saja seperti ini dulu. Aku kangen kamu..."

"Aku mau pulang,"ujarnya melepaskan peluknya.
"Loh? Masih hujan, Sayang. Lagian, coklatnya belum diminum."
Ia menatapku dalam-dalam dan tersenyum. "Coklatnya buat kamu aja. Kayaknya kamu butuh banyak coklat untuk hari kamu kedepannya, biar lebih manis."
"Nanti aja pulangnya, tunggu mama papa pulang kerja, biar aku yang antar kamu pulang pake mobil papa. Mobilku lagi masuk bengkel soalnya."
"engga, aku pulang sendiri aja. Kasian mama papa di rumah udah nungguin aku dari tadi."
"Tapi..."
Deru hujan kembali mengisi pendengaranku saat pintu terbuka.
"Hey," ia berbalik memanggilku, "aku sayang kamu." Lantas berlari menembus hujan sebelum aku sempat menjawab, apalagi mengejar langkahnya.
"Aku juga sayang kamu..." ucapku pelan.



"Arka, kamu ngapain di sini?" ku dengar suara ibuku dari arah belakang. "Coklat ini buat siapa, Ka?"
Aku berbalik, segelas coklat yang telah dingin itu ada di tangan ibuku.
"Buat Mia, Ma. Tadi Mia kehujanan pas ke sini. Aku buatin coklat, tapi ga diminum."

dan kalimat itu kembali terucap dari ibuku untuk ke sekian kalinya...
"Nak, Mia udah tenang di sana, relakan, ikhlaskan..."



Tidak ada komentar :

Posting Komentar