“Happy
Birthday, Hana!”
Aku
yang masih mengenakan piyama terbelalak. Diaz, sahabatku sejak masih sekolah
dasar berdiri di hadapanku dengan senyum sumringah. Ada kue tart berbentuk
kepala Garfield ditangannya dan kotak besar disebelah kaki kanannya.
“Emang
hari ini hari ultah aku?” tanyaku bingung. Aku baru saja bangun. Lagipula, itu
baru pukul 6 pagi dan hari MInggu!
“Hanay!”
Hanay adalah panggilan kesayangan darinya untukku. Plesetan dari ‘Honey’
katanya. “Aku rela bangun pagi-pagi dan membawa semua ini dengan susah payah
demi kamu. Eh, kamu malah begitu. Uh uh,”sungutnya.
Aku
hanya membalas dengan senyuman.
“Make
a –Hanay! Tunggu aku selesaikan kalimatku dulu dong! Kamu ini…” keluhnya
melihatku tak sabaran meniup lilin.
“Hahahaha!”
aku hanya tertawa sembari mengambil kadoku dan berlari ke dalam rumah. Ia mengejarku
dengan susah payah karena membawa kue tart. “Wow! Garfield! Garfield yang
sangat-sangat besar… dan lembut!”
“Hmm…
Baguslah ga ada Amel sekarang…” gumamnya pelan.
Aku
menoleh, “Emangnya kenapa kalau ada Amel?”
Tiba-tiba
seringai jahil muncul di wajahnya. “Karena, kalau ada Amel, aku bakal susah
bedain mana yang umur 5 tahun dan yang 19 tahun! Hahahaha!!”
Mataku
sudah terasa panas dan sembab, namun air mata masih tetap mengalir deras di
kedua pipiku. Aku tak punya daya untuk menghapusnya. Bahkan, aku tak punya kekuatan
untuk melakukan apa-apa. Semua indraku seperti mati, kecuali mata yang setengah
dibutakan dengan air mata, memandang ke gundukan tanah merah di depanku.
Seandainya
aku tahu ulang tahunku minggu lalu adalah saat terakhir bersama sahabatku…
Aku
berlari di sepanjang koridor rumah sakit, berusaha menemukan ruang IGD Sementara
hatiku terus berdoa semoga saja informasi itu salah… Langkah ku melambat ketika
mataku menangkap wajah seseorang yang ku kenal.
“Ferdi…”
Wajah itu mendongak, “jelaskan semuanya!” tuntutku. Dadaku terasa sesak, dan
kian sesak setelah mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Ferdi.
“Diaz
ikut geng motor. Dan… dan… ia mendapat kecelakaan saat ikut balap liar. Motornya
sedang melaju dengan kecepatan tinggi dan tiba-tiba…”
Cerita
Ferdi terhenti oleh kalimat: “Maaf, kami sudah berusaha. Tapi ia tidak bisa
bertahan…”
Dan aku pun harus menerima takdir...
Keren... Mantap deh pokoknya... :)
BalasHapusthanks a lot, kanda..
BalasHapus:)
Nice story... :)
BalasHapushoho.. thx a lot.. need to learn more and more. :)
BalasHapus