Rabu, 21 Desember 2011

1st published short story. :)

4 komentar :
“Happy Birthday, Hana!”
Aku yang masih mengenakan piyama terbelalak. Diaz, sahabatku sejak masih sekolah dasar berdiri di hadapanku dengan senyum sumringah. Ada kue tart berbentuk kepala Garfield ditangannya dan kotak besar disebelah kaki kanannya.
“Emang hari ini hari ultah aku?” tanyaku bingung. Aku baru saja bangun. Lagipula, itu baru pukul 6 pagi dan hari MInggu!
“Hanay!” Hanay adalah panggilan kesayangan darinya untukku. Plesetan dari ‘Honey’ katanya. “Aku rela bangun pagi-pagi dan membawa semua ini dengan susah payah demi kamu. Eh, kamu malah begitu. Uh uh,”sungutnya.
Aku hanya membalas dengan senyuman.
“Make a –Hanay! Tunggu aku selesaikan kalimatku dulu dong! Kamu ini…” keluhnya melihatku tak sabaran meniup lilin.
“Hahahaha!” aku hanya tertawa sembari mengambil kadoku dan berlari ke dalam rumah. Ia mengejarku dengan susah payah karena membawa kue tart. “Wow! Garfield! Garfield yang sangat-sangat besar… dan lembut!”
“Hmm… Baguslah ga ada Amel sekarang…” gumamnya pelan.
Aku menoleh, “Emangnya kenapa kalau ada Amel?”
Tiba-tiba seringai jahil muncul di wajahnya. “Karena, kalau ada Amel, aku bakal susah bedain mana yang umur 5 tahun dan yang 19 tahun! Hahahaha!!”


Mataku sudah terasa panas dan sembab, namun air mata masih tetap mengalir deras di kedua pipiku. Aku tak punya daya untuk menghapusnya. Bahkan, aku tak punya kekuatan untuk melakukan apa-apa. Semua indraku seperti mati, kecuali mata yang setengah dibutakan dengan air mata, memandang ke gundukan tanah merah di depanku.
Seandainya aku tahu ulang tahunku minggu lalu adalah saat terakhir bersama sahabatku…


Aku berlari di sepanjang koridor rumah sakit, berusaha menemukan ruang IGD Sementara hatiku terus berdoa semoga saja informasi itu salah… Langkah ku melambat ketika mataku menangkap wajah seseorang yang ku kenal.
“Ferdi…” Wajah itu mendongak, “jelaskan semuanya!” tuntutku. Dadaku terasa sesak, dan kian sesak setelah mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Ferdi.
“Diaz ikut geng motor. Dan… dan… ia mendapat kecelakaan saat ikut balap liar. Motornya sedang melaju dengan kecepatan tinggi dan tiba-tiba…”
Cerita Ferdi terhenti oleh kalimat: “Maaf, kami sudah berusaha. Tapi ia tidak bisa bertahan…”

Dan aku pun harus menerima takdir...



4 komentar :